Teknik Komposisi Dalam Fotografi (Part II) | BELAJAR FOTOGRAFI

Teknik Komposisi Dalam Fotografi (Part II) | BELAJAR FOTOGRAFI - Apakah sahabat sedang mencari informasi tentang BELAJAR FOTOGRAFI ?, Nah isi dalam Artikel ini disusun agar pembaca dapat memperluas pegetahuan tentang Teknik Komposisi Dalam Fotografi (Part II) | BELAJAR FOTOGRAFI, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan referensi dari semua pembahasan untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Fotografi, Artikel Teknik, yang kami suguhkan ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Teknik Komposisi Dalam Fotografi (Part II) | BELAJAR FOTOGRAFI
link : Teknik Komposisi Dalam Fotografi (Part II) | BELAJAR FOTOGRAFI

Baca juga


Teknik Komposisi Dalam Fotografi (Part II) | BELAJAR FOTOGRAFI


11. Simplicity (Sederhana) dan Minimalis


Dalam pedoman terakhir di artikel sebelumnya, kita melihat bagaimana hasil dari komposisi yang menggunakan ruang negatif di sekitar subjek utama, yang dapat menciptakan rasa kesederhanaan dan minimalis. Kesederhanaan itu sendiri dapat menjadi alat komposisi yang kuat dan juga salah satu teknik komposisi yang dikenal sebagai "Simplicity". Simplicity sering diartikan sebagai memotret dengan latar belakang (background) yang tidak rumit atau yang tidak mengalihkan perhatian dari subjek utama. Tapi cara lain menerapkan komposisi ini bisa juga dengan melakukan zooming pada bagian dari subjek dan fokus pada detail tertentu dari subjek.

Image Credit © Barry O Carroll

Dalam foto pertama di atas, mata pemirsa akan terfokus pada tetesan air di atas daun. Ini merupakan subjek sederhana namun juga sangat indah justru karena kesederhanaannya. Dengan lensa makro Anda bisa dengan mudah membuat jenis foto seperti ini. Membuat background blur juga merupakan teknik komposisi untuk memisahkan subjek utama dengan background yang bisa saja mengganggu pandangan pemirsa, sehingga memudahkan mata pemirsa untuk fokus langsung pada subjek utama.

Image Credit © Barry O Carroll

Dalam foto kedua di atas, penggunaan latar belakang yang sederhana (lebih pas jika polos) dan rapi bertujuan untuk memusatkan perhatian pemirsa pada pohon sebagai subjek utama (Poin of Interest). Foto ini memanfaatkan "ruang negatif" untuk menciptakan komposisi Simplicity dan minimalis. Foto di atas juga menggunakan teknik komposisi Rule of Thirds dan Leading Lines.

12. Kombinasi Warna


Penggunaan warna merupakan salah satu komposisi yang sering diabaikan. Teori warna adalah sesuatu yang desainer grafis, desainer fashion dan desainer interior, semua sangat akrab dengan permainan warna. Kombinasi warna yang pas / serasi dapat secara visual terlihat sangat mencolok. Maka disitulah letak poinnya. Dan itu yang akan kita manfaatkan dalam fotografi.


Coba Anda perhatikan roda warna di atas. Roda warna tersebut akan membantu Anda untuk membuat kombinasi warna yang serasi. Caranya Anda hanya perlu menggabungkan dua warna yang saling berlawanan pada roda warna di atas. Dan warna yang saling berlawanan itu lah yang dikatakan sebagai "complimentary colors". Sebagai seorang fotografer, kita bisa mencari adegan yang memiliki kombinasi warna complimentary sebagai cara untuk menciptakan komposisi yang menarik dan mencolok. Pernahkah Anda memperhatikan berapa banyak poster film memiliki skema warna biru dan kuning atau orange? Hal ini dilakukan dengan sengaja untuk membuat iklan yang menarik mata setiap orang yang melihatnya.

Image Credit © Barry O Carroll

Foto di atas adalah contoh kombinasi warna yang cerdas yaitu biru tua dan kuning sehingga gedung terlihat mencolok sendiri dan mudah dikenali sebagai subjek utama. Strategi pemilihan warna kontras seperti ini akan membuat subjek utama mudah menarik perhatian pemirsa (orang-orang yang melihat foto Anda).

Image Credit © Barry O Carroll

Merah dan biru juga bagian dari warna complimentary pada roda warna. Contohnya gedung pada foto di atas yang menyala dengan warna merah. Oleh karenanya membuat gedung sangat mencolok terhadap warna biru langit di malam hari. Saya suka memotret area perkotaan ketika langit biru pada awal menjelang malam. Birunya langit sebagai latar belakang menjadi sangat menarik untuk arsitektur kota dan lampu dari gedung. Dan bila langit berwarna hitam gelap menjelang pertengahan malam tidak akan terlihat mencolok dan kontras dengan lampu-lampu dalam kota.

13. Rule of Space


Aturan ruang atau Rule of Space berkaitan dengan arah subjek dalam gambar Anda yaitu menghadap atau bergerak ke arah mana. Jika Anda mengambil foto dari mobil yang bergerak misalnya, sebaiknya ada ruang yang tersisa di depan mobil daripada di belakangnya. Ini akan menjelaskan bahwa mobil dalam gambar sedang bergerak maju dan mudah dipahami mobil itu menuju ke arah mana. Mari kita lihat contoh dari foto perahu di bawah ini.

Image Credit © Barry O Carroll

Dalam foto di atas, perahu berada di sisi kiri frame dan sedang bergerak ke kanan frame. Perhatikan bagaimana gambar terlihat karena ada lebih banyak ruang bagi perahu untuk pindah dari kiri ke kanan. Secara tidak langsung, cara ini akan membuat pemirsa membayangkan perahu berlayar di sepanjang sungai. Dan pemirsa akan cenderung menebak di mana arah tujuan perahu berlayar. Jika perahu itu tepat di sisi kanan dari frame, itu akan berpotensi menggiring pandangan pemirsa keluar dari foto itu.

Image Credit © Barry O Carroll

Teknik komposisi ini juga dapat digunakan untuk memotret manusia. Pada contoh kasus dalam foto di atas adalah contoh adegan yang besar resikonya untuk gagal tapi ditembak dengan cerdas, mengapa? Coba Anda lihat posisi wajah musisi dalam foto yang duduk di sisi kiri frame. Kemudian ada subjek menarik lainnya di sisi kanan frame. Artinya di situ ada dua kelompok subjek yang berkesempatan menjadi subjek utama. Ini bahaya!! Seandainya musisi dalam foto tersebut "mengalihkan wajahnya" ke samping kiri melihat kelompok subjek yang ada di samping kanan frame, maka yang akan menjadi subjek utama adalah kelompok subjek yang berada di samping kanan tersebut, sedangkan subjek musisi akan terbaikan dari pandangan pertama pemirsa. Tapi untungnya wajah musisi menghadap ke depan sehingga sedikit banyak menarik perhatian pemirsa untuk tidak langsung berpindah ke subjek samping kanan frame.

14. Left to Right Rule


Ada teori yang mengatakan bahwa cara kita yang umumnya "membaca" teks dari kiri ke kanan juga berlaku sama untuk cara membaca sebuah gambar. Untuk alasan ini, disarankan bahwa setiap gerak yang digambarkan dalam sebuah foto harus mengalir dari kiri ke kanan (Left to Right Rule). Namun bila berpegang pada metode membaca teks, maka bukan berarti jika ada metode lain yang membaca teks dari kanan ke kiri (bahas Arab misalnya), maka fotografer tidak perlu menerapkan cara yang sama pada gambarnya jika seandainya gambar tersebut juga diambil di negara Arab.

Contoh kasus nyata: Fotografer Barry O Carroll pernah dikritik oleh juri lomba karena seorang wanita dalam fotonya berjalan dari kanan ke kiri. Juri mengatakan bahwa itu tidak mengikuti pedoman "Left to Right Rule". Barry menjelaskan pada juri bahwa foto itu diambil di Tunisia di mana orang-orang di sana membaca teks dari kanan ke kiri. Hasilnya, ia tidak menang. Artinya, aturan komposisi ini tidak mengikuti kebiasaan suatu kelompok / daerah dalam hal cara membaca teks. Mau kiri, kanan, atas, bawah, aturannya tetap sama yaitu "kiri ke kanan".

Image Credit © Barry O Carroll

Foto di atas contoh yang mengikuti pedoman "Left to Right Rule". Wanita berjalan dengan anjingnya di Taman Tuileries, Paris, begerak dari kiri ke kanan frame. Foto ini juga menggunakan komposisi Rule of Space. Anda akan melihat bahwa ada lebih banyak ruang di depan wanita ketimbang di belakangnya. Dia memiliki banyak "ruang" untuk berjalan ke dalam frame. Foto tersebut juga menggunakan Rule of Thirds dan Frame within a Frame untuk menenangkan adegan dalam foto.

15. Balance Elements (Keseimbangan Elemen) Dalam Adegan


Pedoman komposisi pertama yang kita bahas di artikel sebelumnya adalah aturan pertiga atau Rule of Thirds. Hal ini tentu saja berarti bahwa kita sering menempatkan subjek utama ke sisi frame sepanjang satu dari garis grid vertikal. Kadang-kadang ini dapat menyebabkan kurangnya keseimbangan dalam adegan. Hal ini juga dapat meninggalkan semacam "kekosongan" dalam frame.

Untuk mengatasi hal tersebut, coba Anda masukkan subjek sekunder (subjek kedua selain subjek utama) yang tidak terlalu penting atau ukurannya lebih kecil di sisi yang berlawanan dari subjek utama. Ini teknik keseimbangan yang keluar dari komposisi tanpa harus menarik fokus keluar dari subjek utama. Lihatlah foto di bawah ini, subjek tiang lampu hiasan di Pont Alexandre III, Paris.

Image Credit © Barry O Carroll

Tiang lampu itu sendiri sebagai subjek utama (POI) mengisi sisi kiri frame, sementara menara Eiffel sebagai subjek sekunder ikut menyeimbangkan adegan karena berada di sisi berlawan dari subjek utama.

Kalian mungkin akan mengatakan bahwa komposisi ini tampaknya bertentangan dengan gagasan ruang negatif yang disebutkan dalam pedoman terakhir di artikel sebelumnya. Hal ini juga bertentangan dengan "Rule of Odds" karena kita sekarang memiliki bahkan lebih dari satu elemen dalam adegan. Perlu Anda ingat bahwa tidak ada aturan yang bisa dipecahkan dalam komposisi fotografi. Beberapa pedoman komposisi biasa saja bertentangan satu sama lain dan itu bukan masalah. Yang harus kita pahami bahwa tidak semua adegan memiliki kesamaan, misalnya adegan A mungkin lebih cocok menggunakan komposisi Ruang Negatif, sedangkan adegan B lebih cocok dengan komposisi Balance Elements. Akan ada situasi dan tempat yang memang sangat mendukung untuk diterapkan teknik komposisi tertentu, baik itu ruang negatif atau pedoman komposisi ini atau komposisi lainnya. Okey, mari kita lanjut.

Image Credit © Barry O Carroll

Foto kedua di atas diambil di Venice. Sekali lagi, sebuah tiang lampu hias mendominasi satu sisi dari frame. Kemudian menara gereja di kejauhan sebagai subjek sekunder memberikan keseimbangan di sisi lain dari frame. Menara gereja di kejauhan faktanya jelas jauh lebih besar daripada tiang lampu. Tapi karena perspektif jarak sehingga menara gereja tampak lebih kecil dalam foto. Dengan komposisi ini akan menambah rasa kedalaman dan skala ke dalam adegan.

16. Juxtaposition


Juxtaposition adalah teknik komposisi yang sangat kuat dalam fotografi. Juxtaposition mengacu pada masuknya dua atau lebih elemen dalam sebuah adegan, yang mana tiap elemen memiliki kesan yang berbeda (kontras) atau malah sebaliknya saling menyanjung satu sama lain. Kedua pendekatan dapat bekerja dengan baik dan memainkan bagian penting dalam memungkinkan foto untuk menyampaikan sebuah cerita.

Image Credit © Barry O Carroll

Lihatlah contoh foto di atas. Untuk adegan setengah di bawah frame, terlihat kios-kios berisi buku, poster, dll, yang sedikit kasar terkesan penuh kekacauan. Sedangkan pada bagian atas frame, terlihat bangunan katedral "Notre Dame" abad pertengahan yang megah. Elemen gedung mewakili lambang tatanan, sedangkan kios-kios buku mewakili sebaliknya. Kedua elemen tersebut berada dalam kontras atau memiliki kesan yang berbeda satu sama lain, namun keduanya bekerja sama dengan baik. Keduan elemen menceritakan kota Paris dengan cara yang berbeda.

Image Credit © Barry O Carroll

Foto di atas juga diambil di Prancis, tapi kali ini di desa kecil yang indah Meyssac, di Barat Selatan. Dalam gambar tersebut, mobil Citroen 2CV tua terlihat sempurna parkir di depan kafe khas Prancis dan itu yang menjadi background dalam foto tersebut. Dua elemen memuji satu sama lain dengan sempurna. Pria yang duduk di cafe dan hanya terlihat punggungnya saja adalah pemilik mobil. Dia tidak menyadari bahwa tanpa sengaja ia telah mengatur adegan yang kental dengan Prancis dengan parkir di depan cafe yang sangat khas dengan Prancis.

17. Golden Triangels (Segitiga Emas)


Komposisi "Golden Triangels" bekerja dalam cara yang sangat mirip dengan aturan pertiga atau Rule of Thirds. Alih-alih grid persegi panjang, tapi pada pedoman komposisi ini, frame dibagi dengan garis diagonal yang berjalan dari salah satu sudut menuju sudut lainnya. Kemudian ditambahkan dua garis dari dua sudut lainnya. Contohnya bisa Anda lihat pada gambar di bawah. Ini membagi frame menjadi serangkaian segitiga. Seperti yang Anda lihat, cara ini membantu fotografer untuk menyusun elemen dan juga menunjukan "ketegangan dinamis" yang kita pelajari di pedoman nomor 6 sebelumnya. Seperti Rule of Thirds, kita menggunakan garis (diagonal dalam kasus ini) untuk membantu memposisikan berbagai subjek dalam frame.

Image Credit © Barry O Carroll

Foto di atas mengandung diagonal yang kuat mengikuti garis dari "segitiga emas". Jalan cahaya dari lalu lintas secara sempurna mengikuti garis diagonal yang berjalan dari sudut kanan atas ke pojok kiri bawah. Puncak-puncak bangunan di sebelah kiri frame dekat dengan diagonal kecil di sebelah kiri. Begitupula dengan diagonal kecil pada sebelah kanan frame dekat dengan sudut atas bangunan.

Image Credit © Barry O Carroll

Sedangkan contoh foto di atas memanfaatkan "Rule of Thirds" dengan cara yang lebih halus. Kepala patung membuat "segitiga tersirat", kemudian garis dari patung membawa kita ke menara Eiffel di kejauhan. Garis yang lebih kecil di sebelah kiri bertemu tepat di titik tengah dari menara Eiffel. Sementara garis yang lebih kecil di sebelah kanan berjalan tepat antara dua patung. Aturan Golden Triangels dapat tampak seperti cara kompleks mengatur foto tetapi dapat mengakibatkan beberapa komposisi benar-benar mencolok.

18. Golden Ratio (Rasio Emas)


Apa itu Golden Ratio? Jika kita menggali rumus matematikanya ini sangat kompleks. Rasanya sulit menjelaskan pada Anda. Keterkaitannya dengan fotografi sulit untuk dipahami, bagaimana cara mereka yang pro menerapkan komposisi ini. Tapi saya akan mencoba menjelaskan pada Anda.

Dalam hal ini, saya memilih mengikuti pendapat Barry O Carroll yang juga sama dengan persepsi fotografer Cartier Bresson. Berdasarkan rumus Golden Ratio itu sendiri, sederhananya bahwa komposisi ini bertujuan untuk mengatur kumpulan subjek yang sama kuatnya, lalu menentukan mana yang harus diprioritaskan dan secara berjenjang mengalir sampai ke subjek terakhir. Jika mengacu pada angka-angka Fibonacci, maka subjek yang diprioritaskan bisa jadi dipilih karena kuantitas, ukuran subjek, atau pertimbangan lainnya. Jika itu mengenai ukuran, maka yang menjadi subjek utama bisa jadi memiliki ukuran lebih besar dan yang lain lebih kecil atau malah sebaliknya. Kemudian komposisi Golden Ratio akan menghubungkan semua itu, agar lebih tertata dan memandu mata pemirsa untuk melihat adegan secara teratur dari subjek prioritas sampai ke subjek terakhir. Di bawah ini adalah matematika Golden Ratio:


Itu dasar Golden Ratio yang tidak hanya menyangkut fotografi saja (silahkan baca di wikipedia). Saya tidak akan mengajak Anda masuk ke rincian rumit itu. Benar, ini seperti versi yang sedikit lebih rumit dari aturan pertiga. Alih-alih kotak biasa, pada komposisi ini frame dibagi menjadi serangkaian kotak seperti pada foto di bawah. Hal ini dikenal sebagai "Phi Grid". Kotak-kotak itu secara berjenjang memiliki ukuran dari yang besar sampai kotak paling kecil. Kemudian Anda bisa menggunakan kotak itu untuk menggambar spiral yang terlihat seperti cangkang siput. Ini disebut sebagai "Fibonacci Spiral", dan besarnya kotak yang bertahap mengecil merupakan perwakilan dari angka-angka dari Fibonacci.

Kotak-kotak itu akan membantu mengatur posisi subjek dalam adegan, mulai dari yang prioritas sampai yang terakhir. Sedangkan spiral memberikan kita gambaran tentang bagaimana adegan harus mengalir dari yang prioritas sampai ke subjek lainnya. Bingung ya? Coba bacanya pelan-pelan saja.

Image Credit © Barry O Carroll

Pada contoh foto di atas, ada dua subjek yang sama kuat yaitu tangga dan subjek manusia. Subjek tangga memenuhi sebagian besar area kiri frame, sehingga bisa disimpulkan bahwa tangga diprioritaskan karena ukurannya yang lebih besar maka terlihat lebih menonjol. Kemudian pengaturan dengan Fibonacci Spiral akan memandu mata pemirsa untuk melihat mulai dari tangga menuju dua wanita yang duduk di area kanan frame. Mungkin ini adegan yang tak disengaja, tetapi tampaknya bekerja dengan baik untuk komposisi Golden Ratio.

Image Credit © Barry O Carroll

Untuk foto di atas adalah contoh yang lebih kompleks. Golden Ratio dapat diatur dari arah yang berbeda. Dalam foto di atas, spiral memandu mata pemirsa mulai dari jembatan bawah (dari yang paling besar) menuju ke kastil di bagian atas frame (sampai subjek yang paling kecil). Adegan tak disengaja lainnya, tapi bekerja dengan baik!

Jelas, akan mustahil memiliki semua pedoman komposisi dalam pikiran Anda ketia Anda sedang melakukan pemotretan. Tapi cobalah rutin latihan dengan menggunakan satu atau dua teknik komposisi setiap kali Anda keluar memotret. Setelah rutin latihan, Anda akan terbiasa dengan pedoman komposisi ini. Anda akan mulai menggunakannya secara alami tanpa harus berpikir seperti baru mengenal teknik komposisi. Seperti yang dapat Anda lihat dari contoh foto komposisi Golden Ratio, fotografernya bahkan menerapkan itu tanpa sengaja.

# Tips Membuat Garis Komposisi Dengan Jari


Beberapa contoh foto dari komposisi yang saya tulis di sini dan artikel sebelumnya, memiliki garis pandu yang rumit seperti komposisi Diagonal dan Segitiga untuk menciptakan ketegangan dinamis, atau komposisi Balance Elements, Golden Triangels dan Golden Ratio. Nah, karena faktanya di lapangan garis itu tidak ada pada adegan, begitupula pada mode Life View kamera hanya ada garis lurus vertikal dan horizontal untuk Rule of Thirds, dan tidak ada garis miring atau berbentuk segitiga. Solusinya Anda bisa menggunakan jari Anda untuk membentuk garis petunjuk dari komposisi rumit yang saya sebutkan di atas.


Selama ini jari telunjuk dan jempol dari kedua tangan kita hanya digunakan dan dibentuk menjadi frame kotak untuk memperkirakan area adegan yang akan dimasukkan ke dalam frame, seperti yang ditunjukan gambar di atas. Berangkat dari situ maka saya menulis tips tambahan ini untuk membantu Anda menata elemen langsung di lapangan. Jari telunjuk dan jempol Anda bisa Anda gunakan untuk membentuk garis pandu dari komposisi yang rumit. Rule of Thirds tidak saya masukkan pada tips ini karena garis pandunya sudah tersedia di kamera. Saya pikir ini lebih baik daripada hanya menebak jarak dan posisi subjek.

Saya harap artikel ini dan artikel komposisi sebelumnya bermanfaat untuk Anda dan bisa membantu membawa skill fotografi Anda ke jenjang berikutnya.

Perhatian! Artikel ini saya susun berdasarkan referensi dari fotografer "Barry O Carroll" asal Dublin, Irlandia. Semua foto yang menjadi contoh penerapan komposisi dalam artikel ini tidak lepas dari hak cipta Barry O Carroll sebagai pemiliknya.


Demikianlah Artikel Teknik Komposisi Dalam Fotografi (Part II) | BELAJAR FOTOGRAFI

Sekianlah artikel Teknik Komposisi Dalam Fotografi (Part II) | BELAJAR FOTOGRAFI kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan artikel ini.

Subscribe to receive free email updates: